permainan boi-boinan



A.    Pengertian
Permainan boi-boinan merupakan permainan tradisional dari pulau jawa, permainan ini sangat sederhana dan mengasyikan namun permainan ini juga bisa dikatakan permainan yang menguji adrenalin karena dalam bermain boi-boinan terkesan menegangkan. Setiap peserta harus pandai-pandai menyelamatkan diri. Selain itu permainan tradisional ini sarat makna kehidupan. Boi-boian hampir sama dengan permainan bowling. Kita harus melempar bola ke sasaran yang akan dituju.

B.     Sejarah
Permainan ini dinamakan permainan”boi-boian” karena pada jaman dahulu para pemainnya lebih banyak anak cowok yang dalam bahasa Inggrisnya “boy”. Karena itu, kami biasa menyebut permainan dengan permainan “boi-boian”. Uniknya permainan ini terletak pada aturan membawa bola.
Kelompok yang berjaga berusaha melempar bola untuk mengenai kelompok bermain, tetapi bukan dengan membawa lari bola lalu melemparkannya mengenai tubuh lawan. Bola harus dioperkan kepada anggota kelompoknya sambil berusaha mengejar dan melemparkan bola. Apabila mereka berhasil menyusun pecahan genting tersebut, mereka berteriak 'Boi-boi', yang artinya mereka memenangkan permainan.
Pada perkembangannya, permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Sayangnya, saya sudah jarang menjumpai permainan tradisional ini. Dalam kenangan saya, boi-boian hampir sama dengan permainan bowling. Kami harus melempar bola ke sasaran yang akan dituju. Untuk membuat bola, kami bisa menggunakan kertas yang digulung kemudian diikat dengan karet gelang atau kita bisa menggunakan bola kasti. Setelah itu, kami mengumpulkan pecahan batu atau genteng yang nantinya akan disusun menjadi piramida.
Sejarah permainan boi-boian  berasal dari permainan anak-anak Cina. Anak-anak Cina biasa menyebutnya dengan permainan “Cinaboi”. Dahulu kala, anak-anak Cina banyak yang bertransmigrasi ke pulau Madura secara tidak langsung. Mereka memainkan permainan “Cinaboi” ini di daerah Madura, sehingga permainan ini berkembang pesat. Pada perkembangannya, anak-anak Madura menyebutnya dengan permainan”Boi-boian”.
Permainan boi-boian ini harus dimainkan oleh dua kelompok. Satu kelompok bertugas untuk melempar bola sedangkan satunya menyusun kumpulan batu menjadi piramida atau tersusun ke atas. Permainan ini  membutuhkan kecepatan dalam menyusun kumpulan- kumpulan batu dan kerja sama antar-anggota.
Kelompok yang bertugas melempar harus bisa melempar hingga mengenai sasaran. Dalam melempar, kelompok pelempar hendaknya melempar bolanya sekencang-kencangnya, sampai kumpulan batu yang disusun oleh tim penyusun roboh. Pelemparan bola ini harus dilakukan secara bergantian antaranggota. Sedangkan tim penyusun berusaha untuk menghalau lemparan bola. Akan tetapi, dalam menghalau laju bola, tim penyusun berusaha sekuat tenaga dan sejeli-jelinya untuk tidak dikena lemparan. Jika lemparan bola tersebut yang mengenai anggotanya, berarti anggota tersebut tidak bisa melanjutkan permainan.
Kelompok yang bertugas menyusun batu, harus bisa menyusun sampai membentuk piramida. Jika tumpukan batunya roboh terkena bola, tim tersebut harus kembali menyusun batu yang berserakan. Karena itu, kelompok penyusun batu harus menunjuk satu orang yang bertugas menjaga tumpukan batu agar tetap membentuk piramida. Para anggota kelompok penyusun batu harus berhati-hati dalam menjaga batu-piramidanya. Bola yang dilemparkan pelempar jangan sampai mengenai kelompok mereka. Karena kalau mereka dikena bola, mereka dianggap gugur. Anggota yang gugur tidak bisa ikut permainan lagi. Ini berarti kerugian buat kelompok penyusun batu. Anggota mereka berkurang satu. Karena itu pula, dalam menyusun batu kelompok penyusun harus cepat dan cekat, sehingga kelompok pelempar tidak punya kesempatan untuk merobohkannya.
Satu ‘babak’ permainan ini akan dianggap selesai, jika kelompok penyusun berhasil menyusun batu sampai membentuk piramida. Setelah batu-batu tersebut tersusun, kelompok penyusun harus cepat mengatakan “Boi”. Dengan demikian, kelompok pelempar bola akan bertukar posisi dengan kelompok penyusun.
Biasanya, aku dan teman-teman memainkan permainan ini di saat jam istirahat sekolah atau ketika pelajaran olahraga berlangsung. Kadang-kadang, kami juga bermain saat pulang dari sekolah. Kalau teman-teman yang sudah SMP dan SMA, biasanya memainkan permainan ini saat pulang dari sekolah dan pada sore hari sebelum maghrib.

C.    Alat yang digunakan
1.      Bola kasti atau bola tenis, bisa juga menggunakan bola kertas yang terbuat dari kertas2 bekas yang digumpal-gumpalkan menjadi kira-kira sebesar bola tenis, diikat dengan banyak karet gelang agar tidak terlepas satu sama lain.
2.      Pecahan genting, batu-batu pipih atau pecahan asbes; benda apa saja yang bisa disusun bertumpuk ke atas semacam piramida, sebanyak kira2 10 keping/batu

D.    Aturan dan cara bermain
·         1 kelompok bertujuan menyusun pecahan genteng hingga tak ada yang tersisa sambil menghindar dari tembakan bola yang dilemparkan oleh anggota kelompok lain.
  • Kelompok yang satunya bertugas menembakkan bola ke anggota-anggota kelompok lawan yang berusaha menyusun pecahan genteng.
  • Setiap anggota lawan yang terkena lemparan bola dianggap gugur dan tidak boleh lagi meneruskan permainan.
  • Permainan dimulai dengan menggulirkan bola oleh kelompok penembak ke arah pecahan genteng yang tersusun seperti piramida hingga berantakan (kira-kira seperti menggelindingkan bola bowling ke sasarannya).
  • Sementara itu kelompok penjaga (penyusun pecahan genteng) bersiap-siap menyusun lagi kepingan genteng yang berantakan sambil mewaspadai serangan lemparan bola.
  • Permainan selesai apabila pecahan genteng selesai disusun atau anggota kelompok yang bertujuan menyusun pecahan genteng telah semuanya gugur kena tembakan bola dari kelompok lawan.
  • Setelah selesai, posisi kelompok ditukar, yang tadinya kelompok penyusun pecahan genteng menjadi kelompok pelempar bola (penembak), dan sebaliknya.

E.     Kandungan Nilai Karakter
Nilai karakter yang terkandung Model permainan Boy-Boyan diantaranya: nilai kerja keras ataupun kerja cerdas,nilai patuh terhadap peraturan sosial. Dalam model permainan boy-boy nan pemain tidak dituntut untuk bersikap bijak dan demokratis, tetapi pemain harus berpikir bagaimana dapat selesai menyusun serpihan pecahan genting dengan cepat tanpa terkena lemparan bola dari regu penjaga. Maka nilai karakter demokratis paling rendah karena nilai karakter ini belum sepenuhnya mempunyai pengaruh besar untuk digunakan dalam melakukan permainan boy-boy nan.

F.     Aspek yang dikembangkan
1.      Aspek Kognitif
Nilai kognitif yang terkandung didalam permaianan boy-boyan ini yaitu para peserta kelompok pemenang (pemain) harus berfikir agar mereka dapat menyusun kembali menara tanpa terkena bola dari kelompok penjaga, begitu juga dengan kelompok penjaga harus beusaha menggagalkan usaha yang dibuat kelompok pemenang untuk menyusun menara. Oleh kerana itu, pemain harus memikirkan dan merencanakan strategi dengan baik agar dapat menjadi pemenang.
2.      Aspek Afektif
Nilai afektif yang ada di dalam permainan boy-boyan ini diantaranya:
a)      Memahami konsep sportivitas. Melalui permainan ini anak belajar bersikap sportif, yaitu bermain secara jujur, memperlihatkan sikap menghargai pemain lain, menerima kemenangan dengan sikap wajar atau menerima kekalahan secara terbuka.
b)       Mengenal kerja sama. Pentingnya kerjasama juga dapat dipelajari anak melalui permainan tradisonal.
c)       Meningkatkan kepercayaan diri. Dalam permainan tradisional rasa percaya diri anak dapat ditumbuhkan. Rasa percaya diri ini sangat penting sebagai bekal dirinya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya di kemudian hari. Dengan kepercayaan diri, anak akan merasa lebih mantap memasuki lingkaran pergaulan di mana saja ia berada.
3. Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor yang terkandung didalam permaianan tradisional boy-boyan yaitu, melatih kemampuan fisik anak. Dalam permainan tradisional gerak fisik sangat ditekankan. Memainkan permainan ini amat baik untuk meyalurkan energi anak yang berlebih karena anak memang harus banyak bergerak. Dalam permainan ini anak dituntut untuk aktif berlari, kelompok pemenang berusaha menghidari bola yang dilempar kelompok penjaga dan kelompok penjaga berusaha melempar bola agar mengenai kelompok pemain.
4. Aspek sosial
Melalui permainan ini anak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya. Permainan tradisonal memungkinkan adanya interaksi sosial. Interaksi dalam permainan tradisonal mendorong anak untuk belajar tentang konsep berbagi, menanti giliran, bermain secara fair, juga mengajarkan arti kemenangan dan kekalahan. Melalui kontak nyata dengan orang lain, anak belajar menemukan siapa dirinya di tengah ruang lingkup pergaulan, apa yang bisa di lakukan, bagaimana dia mampu menyesuaikan diri dengan situasi di sekitanya.
5. Aspek emosional
Dengan adanya permainan ini anak akan belajar mengelola emosi. Pengelolaan emosi sangat penting bagi anak agar dapat mengendalikan diri di kehidupan sosialnya. Selain itu, permainan ini dapat memberikan rasa senang sekaligus untuk melepaskan ketegangan yang dialami anak-anak setelah mengkuti palajaran disekolah.

G.    Pengembangan permainan
Pada permianan boy-boy nan yang sudah dimodifikasi supaya lebih aman bola menggunakan kertas bekas kemudian di remas-remas lalu digumpalkan lalu diikat dengan karet, atau supaya lebih aman pengganti bola tersebut menggunakan karet gelang di rangkai lalu di  membentuk bola, selanjutnya serpihan seng atau genting diganti dengan barang yang tidak membahayakan atau aman. Cara bermainnya pun bisa di modifikasi lagi dengan cara ketika si penjaga akan menyusun dengan cepat si pemain memberinya waktu dengan cara memberi pertanyaan seputar pengetahuan.  





Komentar

Postingan populer dari blog ini

kurikulum 1994 (PKB-TK)

TAJDID